Subhanallah

Subhanallah

Jumat, 28 Agustus 2015

Terbakar

Rasanya telapak kaki ini mulai terbakar...
Seperti ada bara yang diletak dalam sepatu
Panas dan pegal...
Tertatih menahannya
Menguatkan diri...
Beberapa meter lagi kita sampai...
Kurang lebih Lima belasan menit dari titik tujuan
Membayang coretan selamat datang berlisan
Good job
Kami melepas lelah dijalanan dengan berbagai ekspresi
Duduk menggantung kaki di tugu, duduk selonjoran setengah berbaring, bahkan berbaring
Semua upaya itu kami lakukan untuk mengumpulkn tenaga-tenaga kami yang mulai menipis...
Humssss... Rasanya seperenam akhir perjalanan ini lamanya sebanding dengan lima perenamnya
Jerit hati yang lemah oleh keletihan...
Rasanya sendi lutut sudah tak tegak lagi
Otot betis tertarik kemata kaki
Rasa terbakar itu tak lagi ditelapak kaki
Tapi telah menjalar hingga ke persendian lutut
Tapi semua itu terbayar sudah saat mata memandang gerbang Sekolah
Jiwa jiwa murni yang bersama kami menuntaskan tantangan ini menguatkan kami
Generasi muda bangsa yang patut dibanggakan
Belum lagi sambutan hangat panitia disekolah dengan jamuan rendaman air hangat untuk kaki yang sedari tadi jeritannya jadi bahan tulisan ini ^^
Memikirkan untuk meninggalkannya...
Sepertinya akan sulit
Meski harus...

Long March susulan SL Sekolah Alan Indonesia palembang

Rabu, 26 Agustus 2015

Dengan Siapa ???

Pertanyaan yang tak terduga ku dapatkan dari mbak nawal, siswa Sekolah Lanjutan (SL) 9 saat kami diskusi dalam moment girls talk dimana kami belajar saat ini. Belajar tentang kehidupan, mengerti dan memahami tiap pribadi disela bakti kerja kami.
"Ibu mau nikah dengan orang seperti apa"
Aku menjawabnya dengan menekan keterkejutannku
Tak ingin kehilangan momen pembelajaran didalamnya, dengan memantapkan hati ku jawab dengan lugas
"Dengan orang yang mencintai ibu.... Karena Allah Mb"
^^
"Mana ada yang seperti itu Sekarang Bu?" Mb Carina siswa SL 7 yang sedari tadi diam menyimak diskusi mulai tertarik dalam bahasan baru yang tiba-tiba erlontar
Bagaimana tidak, tema pembicaraan kami hari ini tentang rasa percaya diri...
Aku yang sedang mencari benang merah permasalahan dalam pertanyaan ini, sedang merencanakan manuver terakhir bahasan kami agar kembali pads jalurnya
"Wah Mb.. Ada Mb.. Masih ada... Tapi emang agak susah nyarinya" timpalku dengan keterkejutan yang ku tekan, tak menginginkan mereka tenggelam pada kepesimistisan harapan. Selama kepercayaan kita teguh... Tempat meminta kita adalah sang Maha.. Maka hal yang kita rasa tidak mungkin pun akan menjadi mungkin...
Kau ingin mendapatkan cinta dari siapa?
Maka jadilah diri seperti apa yang diinginkan
Bukan menjadikan orang lain menjadi apa yang kita harapkan

Ya Allah jadikan cinta kami hanya kepada-Mu
Mencintai mahluk-Mu karena mengharap keridhaan-Mu
Jadikan tujuan kami hanya tertuju pada-Mu
Pun harapan surga kami
Karena mengharap akan rahmat-Mu
Aaamiin

Jumat, 14 Agustus 2015

Disinilah aku 2 - dimana kompas mu?

Saya teringat pada suasana RAKER tahun lalu
kala itu Pembicara super kami memberi instruksi untuk menutup mata dan serta merta bertanya
"dimana utara kalian?"
hems... pertanyaan yang mengandung makna tersirat pikir saya
seketika saya ingin sekali mengacungkan tangan ke atas untuk memberikan arah utara saya yang maksudnya adalah "Ridha Allah SWT" sebagai tujuan saya
namun saya berfikir keberadaan saya disini, dalam komunitas ini
tak seharusnya membesarkan ego diri berfikir filosofis atau puitis tentang arah "utara" ini
maka kala itu dengan mantab berbekal arah mata angin dan posisi duduk saya yang menghadap kiblat, maka saya menunjuk sisi kanan saya sebagai utara.
saya berharap tangan kami semua, komunitas super ini akan menunjuk arah yang sama
^_^
insyaAllah arah utara di dunia ini hanya satu kan?
lagi pula setelah ditempa bersama dalam agenda-agenda bersama
dan pembelajaran dari karakter-karakter yang super
saya fikir saat itu bukanlah waktunya untuk memaksakan orang lain untuk mengetahui filosofi "utara" saya
dan saya yakin rekan-rekan super saya tentu saja puny filosofi tersendiri dan itu bakal runyam jika semua berfikir seperti saya pada awalnya
bayangkan saja... jika saat mendaki gunung sang Pemimpin bertanya "dimana utara?"
dan semua anggota menjawab tanpa mau mencari tanda
apakah matahari sedang condong ke barat atau menggunakan alat bantu arah yang bahasa kerennya disebutkan orang sebagai kompas :0
atau menjawab sebagai manusia yang terlahir sebagai perempuan,,, dan perasaan yang tajam dianya dengan yakinnya menunjuk keatas :D
lha bakal runyam...
yah untung saja sang Pembicara memberikan cukup waktu untuk diri saya menyelesaikan monolog diatas didalam hati.

daaan eng ing eng...
saat sang Pembicara kami mempersilahkan kami untuk membuka mata...
bak dora yang tengah kegirangan menemukan harta karun...
olala.. ternyata kompas kami meleset jauh sekali dari harapan...
dan dalam ketersipuan yang kami kulum masing-masing...
suara-suara lain bertanya...
mana timur... mana barat.. :D
oalah... sebenarnya telunjuk mereka dan saya sama
maksud hati mengarah ke utara
tapi apa daya kompas tak ada...
maka saat kami menemukan kompas seketika tak kami siakan untuk menjadikannya buah tangan OTFA :P
jaya rekan-rekan hebat...
apapun kita saat ini
kesempatn bersama kalian memberikan peluang diri untuk jauh lebih baik kedepannya
bismillah..



Selasa, 11 Agustus 2015

Pengertian, Variable, Konstanta, Koefisien, dan Suku pada Aljabar

1. Variabel 
Variabel adalah lambang pengganti suatu bilangan yang belum diketahui nilainya dengan jelas. Variabel disebut juga peubah. Variabel biasanya dilambangkan dengan huruf kecil a, b, c, ... z.

Contoh:
Tulislah setiap kalimat berikut dengan menggunakan variabel sebagai pengganti bilangan yang belum  diketahui nilainya.
a. Jumlah dua bilangan ganjil berurutan adalah 20.
b. Suatu bilangan jika dikalikan 5 kemudian dikurangi 3, hasilnya adalah 12.

Penyelesaian:
a. Misalkan bilangan tersebut x dan x + 2, berarti x + x + 2 = 20.
b. Misalkan bilangan tersebut x, berarti 5x – 3 = 12.

2. Konstanta
Suku dari suatu bentuk aljabar yang berupa bilangan dan tidak memuat variabel disebut konstanta.

Contoh:
Tentukan konstanta pada bentuk aljabar berikut.
a. 2x2 + 3xy + 7x – y – 8
b. 3 – 4x2 – x

Penyelesaian:
a. Konstanta adalah suku yang tidak memuat variabel, sehingga konstanta dari 2x2 + 3xy + 7x – y – 8 adalah –8.
b. Konstanta dari 3 – 4x2 – x adalah 3.

3. Koefisien
Koefisien pada bentuk aljabar adalah faktor konstanta dari suatu suku pada bentuk aljabar.

Contoh:
Tentukan koefisien x pada bentuk aljabar berikut.
a. 5x2y + 3x
b. 2x2 + 6x – 3

Penyelesaian:
a. Koefisien x dari 5x2y + 3x adalah 3.
b. Koefisien x dari 2x2 + 6x – 3 adalah 6.

4. Suku
Suku adalah variabel beserta koefisiennya atau konstanta pada bentuk aljabar yang dipisahkan oleh  perasi jumlah atau selisih.

a. Suku satu adalah bentuk aljabar yang tidak dihubungkan oleh operasi jumlah atau selisih.
    Contoh: 3x, 4a2, –2ab, ...
b. Suku dua adalah bentuk aljabar yang dihubungkan oleh satu operasi jumlah atau selisih.
    Contoh: a2 + 2, x + 2y, 3x2 – 5x, ...
c. Suku tiga adalah bentuk aljabar yang dihubungkan oleh dua operasi jumlah atau selisih.
    Contoh: 3x2 + 4x – 5, 2x + 2y – xy, ...

Bentuk aljabar yang mempunyai lebih dari dua suku disebut suku banyak atau polinom.
Nanti, di tingkat yang lebih lanjut kalian akan mempelajari mengenai suku banyak atau polinom.

EJAAN BAHASA INDONESIA (EYD) PART

A. Pengertian dan Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia
        Menurut Arifin, dkk., “ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa). Secara teknis, yang dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca”. Selain itu, pengertian ejaan yang dikemukakan oleh Finoza, menyatakan bahwa “ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan". 
Dari berbagai perspektif pengertian ejaan sebagaimana dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian ejaan adalah seperangkat aturan mengenai bahasa dalam hal penulisan, mencakup berbagai materi yang berkaitan di dalamnya.
      Sebelum diberlakukannya Ejaan yang Disempurnakan pada tanggal 16 Agustus 1972, terdapat tiga ejaan lainnya, yaitu, Ejaan van Ophuijsen (Diresmikan pada tahun 1901), Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (Diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947), dan Ejaan Melindo (Diresmikan pada akhir 1959). Namun, seiring dengan perkembangan politik, Ejaan Melindo urung diresmikan.
Ejaan yang berlaku sekarang merupakan hasil revisi dari Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum pembentukan istilah pada tanggal 9 September 1987 berdasarkan dengan surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987.

CONTOH PERUBAHAN PEMAKAIAN HURUF DALAM TIGA EJAAN YANG PERNAH BERLAKU DI INDONESIA

Ejaan van Ophuijsen
(1901)
Ejaan Soewandi
(19 Maret 1947)
Ejaan Yang Disempurnakan
(16 Agustus 1972)
Djaroem
Djarum
Jarum
Gajoeng
Gajung
Gayung
Pantjoeng
Pantjung
Pancung
Choesjoe
Chusju
Khusyu
Njioer
Njiur
Nyiur


B. Ruang Lingkup Ejaan yang Disempurnakan (EYD)
Ruang lingkup Ejaan Yang Disempurnakan mencakup 5 aspek, yaitu: (1) pemakaian huruf, mencakup 5 masalah, yaitu abjad, vokal, konsonan, pemenggalan kata, dan nama diri; (2) penulisan huruf, meliputi 2 bahasan, yaitu huruf kapital dan huruf miring; (3) penulisan kata, meliputi kata dasar, kata turunan, kata ulang, gabungan kata, kata ganti (kau, mu, dan nya), kata depan (di, ke, dan dari), kata sandang (si dan sang), partikel, singkatan dan akronim, serta angka dan lambang bilangan.; (4) penulisan unsur serapan, membicarakan tentang cara penulisan unsur serapan; dan (5) pemakaian tanda baca (pungtuasi), membahas tentang penggunaan tanda baca dari tanda titik (.) sampai tanda penyingkat (‘).

1. Pemakaian Huruf
a. Abjad
          Abjad bahasa Indonesia menggunakan 26 huruf sebagai berikut.
Huruf
Lafal
Huruf
Lafal
Huruf
Lafal
A a
B b
C c
D d
E e
F f
G g
H h
I i
[a]
[be]
[ce]
[de]
[e]
[ef]
[ge]
[ha]
[i]
J j
K k
L l
M m
N n
O o
P p
Q q
R r
[je]
[ka]
[el]
[em]
[en]
[o]
[pe]
[ki]
[er]
S s
T t
U u
V v
W w
X x
Y y
Z z
[es]
[te]
[u]
[ve]
[we]

6
[eks]
[ye]
[zet]

b. Huruf Vokal
         Huruf vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas 5 huruf, yaitu: a, e, i, o, dan u. Contoh penggunaan huruf vokal dalam bahasa Indonesia sebagai berikut:

Huruf Vokal
Di Awal
Di Tengah
Di Akhir
A
e*

i
o
u
Air
ekor
elus
iba
obat
undi
cabik
deka
lebam
dia
bola
suka
bunga
pare
ide
ubi
calo
baju

Dalam pelafalan kata, ada yang berbeda. Jika menimbulkan keraguan, dalam penulisan dapat digunakan tanda aksen.
Contoh:
Setiap hari senin, sebelum mulai bekerja, dilakukan apel (apél) di departemen masing-masing.
Mengkonsumsi buah apel secara teratur dapat membuat aroma nafas menjadi segar dan gigi menjadi putih.


c. Huruf Konsonan

Huruf konsonan dalam bahasa Indonesia berjumlah 21 huruf yang terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z. Untuk lebih jelas, dapat melihat contoh penggunaan huruf konsonan di bawah ini.

Huruf Konsonan
Di Awal
Di Tengah
Di Akhir
B
C
d
f
g
h
j
k
l
m
n
p
q
r
s
t
u
v
w
x**
y
z
badan
cantik
denah
faktor
gusi
hantu
jalan
kursi
lemari
minum
nasi
pria
quran
rumah
sakit
tidur
usia
vanilla
waktu
xilem
yatim
zaman
Kabut
Baca
kadal
sifon
bagi
bahan
meja
makan
tulis
lempar
mundur
sepak
-
kerja
masalah
untuk
kasus
larva
kawan
-
yayasan
azab
kitab
-
akad
khilaf
dialog
sudah
falaj
rusak
masal
malam
turun
tatap
-
keluar
-
tangis
tamat
kayu
-
-
-
Lafaz

*Huruf k di sini bukan dilafalkan “k” tapi melambangkan bunyi hamzah.
**Khusus untuk nama dan keperluan ilmu.

d. Huruf Diftong
Diftong merupakan gabungan dari dua huruf vokal yang berurutan - harus dalam satu suku kata - menciptakan bunyi yang berbeda dengan lafal aslinya.

Huruf Diftong
Di Awal
Di Tengah
Di Akhir
ai
au
oi
air
aurat
-
lain
saudagar
koin
damai
kacau
konpoi

Apabila vokal berurutan ai, au, dan oi terdapat dalam kata yang pelafalannya sama dengan penulisannya, maka vokal beruntun itu bukan diftong.
Contoh:
warnai dilafalkan [warnai] (bukan [warnay])
bau dilafalkan [bau] (bukan [baw])

e. Huruf Diagraf
Huruf diagraf merupakan gabungan dua huruf konsonan yang menghasilkan satu fonem atau satu bunyi yang membedakan arti. Dengan berpedoman pada Ejaan yang Disempurnakan, setiap penutur bahasa Indonesia hendaknya secara lafal Indonesia, termasuk singkatan kata yang berasal dari bahasa asing. Sedangkan penutur yang menggunakan bahasa asing, maka pelafalannya disesuaikan dengan pelafalan dalam bahasa asing tersebut. Misalnya, jika seseorang sedang berbicara bahasa inggris, maka pelafalan mengikuti bahasa inggris. 
Contoh:
Kualitas beras impor tidak jauh lebih baik dari kualitas beras lokal
The quality of import rice not better than from local rice

Huruf Diagraf
Di Awal
Di Tengah
Di Akhir
kh
ng
ny
sy
khilaf
ngeri
nyonya
syarat
Makhluk
penggal
minyak
musyawarah
-

-
matang
-
-

f. Pemenggalan Kata
1) Ketentuan pemenggalan kata dasar: (1) jika di tengah kata ada huruf vokal yang beruntun, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf vokal itu kecuali jika huruf vokal itu merupakan diftong; (2) jika ditengah kata ada huruf konsonan, maka pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan tersebut; (3) jika ditengah kata ada dua huruf konsonan yang beruntun, maka pemenggalan dilakukan diantara kedua konsonan tersebut kecuali dua huruf konsonan yang beruntun itu adalah diagraf; dan (4) jika ditengah kata ada tiga atau lebih huruf konsonan yang beruntun, pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan kedua.
contoh:

Kata Dasar
Pemenggalan yang Salah
Pemenggalan yang Benar
Kuil
damai
kacau
santai
pintu
pangkal
siram
konstruksi
-
da-ma-i
ka-ca-u
san-ta-i
-
-
si-ra-m
-
ku-il
da-mai
ka-cau
san-tai
pang-kal
pin-tuk
si-ram
kon-struk-si

2) Imbuhan (awalan dan akhiran), termasuk yang mengalami perubahan bentuk, dan partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dipenggal sebagai satu kesatuan.
contoh:

Kata Dasar
Pemenggalan yang Benar
Merasakan
Membaca
Pikiran
Hitungan
Me-rasa-kan / me-ra-sa-kan
Mem-baca / mem-ba-ca
Pikir-an / pi-kir-an
Hitung-an / hi-tung-an


3) Jika data terdiri atas lebih dari satu unsur bebas, dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan (1) di antara unsur-unsur itu, atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c, dan 1d di atas.
contoh:

Kata Dasar
Pemenggalan yang Benar
ekosistem
supranatural
(1)  eko-sistem atau (2) eko-sis-tem
(1) supra-natural atau (2) sup-ra-na-tu-ral


4) Khusus untuk kata yang mengandung sisipan (-el-, -em-, -er-, -in-) pemenggalannya dapat dilakukan dengan dua cara: (1) mempertahankan sisipan dalam satu suku kata sehingga sisipannya tidak terpenggal; (2) tidak mempertahankan sisipan dalam satu suku kata.
contoh:

Kata Dasar
Kata Bersisipan
Pemenggalan
tapak
tunjuk
jari
sabut
telapak  
telunjuk
jemari      
serabut
    ( 1)  tela-pak atau (2) te-lapak
     (1)  telun-juk atau (2) te-lunjuk
    (1)  jema-ri atau (2) je-mari
    (1)  sera-but atau (2) se-rabut

5) Nama orang tidak boleh dipenggal atas suku-sukunya dalam pergantian baris. Yang dibolehkan adalah memisahkan nama orang itu atas unsur nama pertama dan unsur nama kedua dan seterusnya.

g. Penulisan Nama Diri
Penulisan nama diri, nama sungai, gunung, jalan, dan nama lainnya harus disesuaikan dengan EYD, kecuali jika ada pertimbangan khusus yang menyangkut adat, hokum, atau sejarah.
Contoh penulisan yang sesuai dengan EYD:
Tangan adik tertusuk jarum
Guruku bernama Sukarno

Contoh penulisan dengan pertimbangan khusus:
Laki-laki itu terlihat membeli rokok Djarum Super
Pada hari senin, Andi menjemput ayahnya di Bandara Soekarno Hatta
1)Penulisan nama diri, unsur kimia, istilah ilmu pengetahuan, dan simbol dalam matematika, lambang huruf yang digunakan adalah x.
Contoh:
Xenon, Selex (nama diri)
Xilem (istilah ilmu pengetahuan)

2)Penulisan kata-kata biasa yang bukan nama diri, lambang huruf yang digunakan adalah ks.

Penulisan yang salah
Penulisan yang benar
Textile
extra
faximile
tekstil
ekstra
faksimile

Selain itu, untuk penulisan nama orang, diberlakukan ketentuan khusus sesuai dengan ketentuan dari yang memiliki nama tersebut meskipun tidak sesuai dengan ketentuan EYD. Hal ini yang terkadang menyebabkan kesalahan dalam pelafalan ejaan.
Contoh:-Cindi-Cindhi-Cindy-Chindi-Cindie-Chindie-Sindi-Sindy

EJAAN BAHASA INDONESIA (EYD) PART 2



2.2.2 Penulisan Huruf
2.2.2.1 Huruf Kapital atau Huruf Balok
Kaidah penulisan huruf kapital yang sesuai denga kaidah EYD adalah sebagai berikut.
1) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Contoh:
Pertemuan itu dihadiri oleh mahasiswa UNJ.
Saya bangga menjadi guru sekolah dasar.
2) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kalimat berupa petikan langsung.
Contoh:
Ibu bertanya, “Apakah kamu sudah makan?”
Guru berkata, “Kita harus menjaga kebersihan”.

3) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan, termauk kata ganti Tuhan.
Contoh:
Semoga kita selalu dalam lindungan-Nya.
Hanya kepada-Mu aku menyembah.

4) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar, jabatan, dan pangkat yang diikuti nama orang. Tidak untuk nama gelar, jabatan, dan pangkat yang tidak diikuti nama orang.
Contoh:
Sultan Hasanudin, Raden Ajeng Kartini, Teuku Umar,
S. Pd.  Sarjana Pendidikan
Dr.  Doktor
dr.  Dokter

5) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang kecuali nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau suatu ukuran.
Contoh:
5 kelvin
10 desimal
23 kilometer
6) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Namun, jika berada di tengah kalimat, maka hanya nama bangsa, nama suku, dan nama bahasa, bukan huruf pertama kata bangsa, kata suku, dan kata bahasa.
Contoh: 
Andi menyukai pelajaran Bahasa Indonesia. (Penulisan yang salah)
Andi menyukai pelajaran bahasa Indonesia. (Penulisan yang benar)
7) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah yang dipakai sebagai nama.
Contoh:
Tanggal 28 Oktober ditetapkan sebagai hari Sumpah Pemuda.
Pada hari Senin, siswa SD biasanya melaksanakan kegiatan upacara bendera.
8) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi yang menjadi unsur nama diri dan tidak digunakan sebagai nama jenis.
Contoh:
selat bali, Badak Jawa (penulisan yang salah)
Selat Bali, badak jawa (penulisan yang benar)

9) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama Negara, nama resmi badan/lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi. Jika tidak digunakan sebagai nama resmi, maka tidak memakai huruf kapital.
Contoh:
Setiap departemen memiliki tugas masing-masing.
Kakakku bekerja di Departemen Luar Negeri
10) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur kata ulang sempurna yang terdapat pada nama badan atau lembaga.
Contoh:
Garis-Garis Besar Haluan Negara
Dasar-Dasar Ilmu Pemerintahan
11) Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata partikel seperti di, ke, dari, untuk, dan yang. Namun, jika partikel tersebut terdapat di awal maka tetap menggunakan huruf kapital.
Contoh:
Panduan Berbahasa Indonesia dengan Baik dan Benar
Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa

12) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan kecuali yang tidak dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.

Contoh:
Dalam penyapaan dan pengacuan: “Silahkan masuk, Pak!”, kata Budi
Tidak dipakai dalam penyapaan dan pengacuan: Budi harus menghormati bapak dan ibu guru di sekolah.
13) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Contoh:
Sudahkah Anda mendaftarkan diri?
Saya menghargai Anda seperti anda menghargai saya.
2.2.2.2 Huruf Miring
1) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan. Jikan menggunakan mesin ketik, maka huruf miring diganti dengan huruf bergaris bawah satu dan garis bawah itu harus terputus-putus, kata demi kata.
Contoh:
Saya belum pernah membaca buku Negarakertagama karangan Prapanca.
Berita itu muncul dalam surat kabar Suara Merdeka.
2) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
Contoh:
Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia bukan menipu, melainkan ditipu.
Bab ini tidak membicarakan pemakaian huruf kapital.

3) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah taua ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Contoh:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
Orang tua harus bersikap tut wuri handayani terhadap anak.
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.

2.2.3 Penulisan Kata
2.2.3.1 Kata Dasar
Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan
Contoh:
Saya suka buah jambu.
Badan Rina sangat gendut.
Paman suka main bola.

2.2.3.2 Kata Turunan
1) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Contoh:
berjalan
dipermainkan
gemetar
kemauan
lukisan
menengok
petani

2) Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Contoh:
bertepuk tangan
garis bawahi
menganak sungai
sebar luaskan

3) Jika bentuk dasar berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, maka penulisannya dibuat serangkai.
Contoh:
dilipatgandakan
menggarisbawahi
menyebarluaskan
pertanggungjawaban

2.2.3.3 Bentuk Ulang dan Kata Ulang
Bentuk ulang dan kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Contoh:
pohon-pohonan, buah-buahan, kuda-kuda, langit-langit, jahit menjahit, mentah-mentah, hidup-hidup, bersalam-salaman.

2.2.3.4 Gabungan Kata
1) Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Contoh:
gotong royong, kamar mandi, ruang tamu.

2) Gabungan kata termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah pengertian, ditulis dengan tanda hubung untuk memperjelas hubungan yang ada di antara unsur yang berkaitan.
Contoh:
tangan-kanan direktur (orang kepercayaan direktur), asam-garam kehidupan (berbagai pengalaman kehidupan), buah-tangan khas (oleh-oleh khas).

3) Gabungan kata berikut ditulis serangkai karena hubungannya sudah sangat padu sehingga sudah tidak dirasakan lagi bahwa kata tersebut merupakan penggabungan dari dua unsur.
Contoh:
bilamana, centimeter, kaoskaki, budidaya.

4) Jika salah satu unsur gabungan hanya dipakai ketika kata ini bergbung, tidak pernah dipakai berdiri sendiri, maka penulisannya menjadi serangkai. Namun, jika bentuk gabungan diikuti oleh kata yang berawalan huruf kapital, maka dituliskan dengan tanda penghubung.
Contoh:
biologi, tunakarya, monopoli, multikultural, ekosistem.

2.2.3.5 Kata Gantiku, kau-, -mu, dan –nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Sedangkan, -ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Buku ini boleh kaubaca.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di lemari itu.
Kantonya sedang diperbaiki. 

2.2.3.6 Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali dalam kata yang sudah dianggap sebagai satu kata.
Contoh:
Bermalam sajalah di sini.
Di mana dia sekarang?
Kain itu disimpan di dalam lemari.
Kawan-kawan bekerja di dalam gedung.
Dia berjalan-jalan di luar gedung.
Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Mari kita berangkat ke kantor.
Saya pergi ke sana kemari mencarinya.
Ia datang dari Surabaya kemarin.
Saya tidak tahu dari mana dia berasal.
Cincin itu terbuat dari emas

2.2.3.7 Kata Sandang si  dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh:
Si perampok itu berhasil menggasak uang tunai sebesar Rp 100 juta.
Di tribun kemenangan itu Sang Merah Putih berkibar dengan membanggakan.

2.2.3.8 Partikel
1) Partikel –lah dan ¬–kah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Bacalah buku itu baik-baik!
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Siapakah gerangan dia?

2) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Namun, untuk gabungan kata yang dianggap padu ditulis serangkai.
Contoh:
Apa pun permasalahannya, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.
Hendak pulang tengah malam pun sudah ada kendaraan.
Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.
Jika Ayah membaca di teras, Adik pun membaca di tempat itu.
Adapun sebab sebabnya belum diketahui.
Bagaimanapun juga, tugas itu akan diselesaikannya.
Baik laki laki maupun perempuan ikut berdemonstrasi.
Sekalipun belum selesai, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan.
Walaupun sederhana, rumah itu tampak asri.
3) Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘tiap’, dan ‘demi’ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya
Contoh:
Mereka masuk ke dalam ruang satu per satu.
Harga kain itu Rp50.000,00 per helai.
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 Januari.

2.2.3.9 Singkatan dan Akronim
1) Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a. Setiap menyingkat satu kata, dipakai satu tanda titik.
Contoh:
jalan  disingkat jln.
Saudara disingkat Sdr.
Bapak disingkat Bpk.
b. Setiap menyingkat dua kata, dipakai dua titik.
c. Setiap menyingkat tiga kata atau lebih, pada akhir singkatannya dipakai tanda satu titik.
d. Penulisan lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang, tidak diikuti tanda titik.
e. Jika singkatan nama diri yang terbentuk dari gabungan huruf awal kata yang disingkat, maka penulisannya tanpa titik dan dengan menggunakan huruf kapital.
2) Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal atau suku kata dari deret kata yang disingkat. Akronim dibaca sebagaimana membaca sebuah kata.
a. Akronim berupa nama diri yang diambil dari huruf awal yang disingkat, seluruhnya ditulis dengan huruf kapital.
b. Akronim berupa nama diri yang merupakan penggabungan suku kata dari deret kata, penulisan huruf awalnya menggunakan huruf kapital dan tidak diakhiri oleh tanda titik.
c. Akronim yang bukan merupakan nama diri ditulis dengan huruf kecil dan tidak diakhiri dengan tanda titik.

2.2.3.10 Angka dan Lambang Bilangan
1) Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan biasanaya digunakan angka arab atau angka romawi.
Contoh:
Arab  : 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9
Angka Romawi   : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L

2) Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.
Contoh:
0,5 sentimeter tahun 1928
5 kilogram  17 Agustus 1945
4 meter persegi  1 jam 20 menit
10 liter  pukul 15.00

3) Angka lazim digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
Contoh:
Jalan Tanah Abang I No. 15
Apartemen No. 5
Hotel Mahameru, Kamar 169 

4) Angka digunakan untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Contoh:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surah Yasin: 9
Markus 2: 3 

5) Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. Bilangan utuh
Contoh:
dua belas  (12)
tiga puluh  (30)

b. Bilangan pecahan
Contoh:
setengah     (1/2)
seperenam belas (1/16)
tiga perempat      (3/4)

6) Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Contoh:
a. pada awal abad XX (angka Romawi kapital)
dalam kehidupan pada abad ke-20 ini (huruf dan angka Arab
pada awal abad kedua puluh (huruf)
b. kantor di tingkat II gedung itu (angka Romawi)
di tingkat ke-2 gedung itu (huruf dan angka Arab)
di tingkat kedua gedung itu (huruf)

7) Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika tidak ingin menggunakan huruf, maka ubahlah susunan kalimat sehingga huruf dengan satu atau dua kata tidak berada pada awal kalimat.
Contoh:
Lima puluh siswa kelas 6 lulus ujian.
Panitia mengundang 250 orang peserta. 

8) Angka dengan bilangan bulat yang nilainya besar dapat ditulis sebagian dengan huruf.
Contoh:
Para pengungsi mendapa dana bantuan sebesar 420 juta rupiah
Sekolah membagikan beasiswa sebesar 100 juta rupiah
9) Menuliskan bilangan tidak perlu dengan angka dan huruf sekaligus kecuali pada dokumen resmi.
Contoh:
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Rumah itu dijual dengan harga Rp125.000.000,00.

2.2.4 Penulisan Unsur Serapan
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur bahasa lain baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu unsur yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia dan unsur asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia tetapi penyesuaian itu diusahakan agar bentuk Indonesianya dapat dibandingkan dengan bentuk asalanya. 

2.2.5 Pemakaian Tanda Baca
2.2.5.1 Tanda Titik (.)
1) Tanda titik dipakai di akhri kalimat yang bukan merupakan pertanyaan atau seruan.Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan.
Contoh:
Saya suka makan nasi.
Saya suka makan sayur. Adik lebih suka makan daging.

2) Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang. Apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan.
Contoh:
Irwan S. Gatot
George W. Bush
Anthony Tumiwa

3) Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf pengodean suatu judul bab dan subbab. Namun, angka atau huruf terakhir pada deretan angka atau huruf tersebut tidak diberikan tanada titik.
Contoh:
2.1 Penggunaan Tanda Baca
2.2 Tanda Baca Titik (.)
2.3 Tanda Baca Koma (,)

4) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka yang menunjukkan jam, menit, dan detik serta yang menunjukkan jangka waktu.
Contoh:
Pukul 7.10.12 (pukul 7 lewat 10 menit 12 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)

5) Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda Tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Contoh:
Lanin, Ivan, 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT Wikipedia Indonesia.

6) Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah.
Contoh:
Kota kecil itu berpenduduk 51.156 orang.

7) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul.
Contoh:
Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa

8) Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.
Contoh:
2.2.5.2 Tanda Koma (,)
1) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Contoh:
Saya menjual baju, celana, dan topi.
penggunaan yang salah: Saya membeli udang, kepiting dan ikan.

2) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan.
Contoh:
Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.

2) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya. Namun, Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.
Contoh:
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
Saya tidak akan datang kalau hari hujan.

3) Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Contoh:
Oleh karena itu, kamu harus datang.
Jadi, saya tidak jadi datang.

4) Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
O, begitu.
Wah, bukan main.
5) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Contoh:
Kata adik, "Saya sedih sekali"
.
6) Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Contoh:
Medan, 18 Juni 1984
Medan, Indonesia.

7) Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Contoh:
Lanin, Ivan, 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT Wikipedia Indonesia.

8) Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Contoh:
Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia, 1990), hlm. 22.

9) Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
contoh:
Rinto Jiang, S.E.

10) Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Contoh:
33,5 m
Rp10,50
11) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Contoh:
pengurus Wikipedia favorit saya, Borgx, pandai sekali.

12) Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh: 
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh. Bandingkan dengan: Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.

13) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Contoh:
"Di mana Rex tinggal?" tanya Stepheen.

2.2.5.3 Tanda Titik Koma (;)
1) Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Contoh:
Malam makin larut; kami belum selesai juga.

2) Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh: 
Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.

2.2.5.4 Tanda Titik Dua (:)
1) Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
Contoh:
Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan Ekonomi Perusahaan.

2) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Contoh:
Ketua                  : Borgx
Wakil Ketua         : Hayabuse
Sekretaris            : Ivan Lanin
Wakil Sekretaris   : Irwan Gatot
Bendahara           : Rinto Jiang
3) Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Contoh:
Borgx : "Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Wikipedia!"
Rex    : "Siap, Boss!"

4) Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan.
Contoh:
(i) Tempo, I (1971), 34:7
(ii) Surah Yasin:9
(iii) (iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.

5) Tanda titik dua dipakai untuk menandakan nisbah (angka banding).
Contoh:
Nisbah siswa laki-laki terhadap perempuan ialah 2:1.

6) Tanda titik duatidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Contoh:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.

2.2.5.5 Tanda Hubung (-)
1) Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh:
anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan

2) Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Contoh:
p-e-n-g-u-r-u-s
8-4-1973

3) Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.
Bandingkan:
ber-evolusi dengan be-revolusi
dua puluh lima-ribuan (20×5000) dengan dua-puluh-lima-ribuan (1×25000).
Istri-perwira yang ramah dengan istri perwira-yang ramah

4) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an, (d) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (e) nama jabatan rangkap.
Contoh:
se-Indonesia
hadiah ke-2
tahun 50-an
ber-SMA
sinar-X

5) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Contoh:
di-charter
pen-tackle-an

2.2.5.6 Tanda Pisah ()*)
1) Tanda pisahem (—) membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan khusus di luar bangun kalimat dan menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih tegas.
Contoh:
Wikipedia Indonesia—saya harapkan—akan menjadi Wikipedia terbesar.
Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.

2) Tanda pisahen (–) dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan atau di antara dua nama kota yang berarti 'ke', atau 'sampai'. Tetapi, tidak dipakai bersama perkataan dari dan antara, atau bersama tanda kurang (−).
Contoh:
1919–1921
Medan–Jakarta
10–13 Desember 1999
dari halaman 45 sampai 65, bukan dari halaman 45–65
antara tahun 1492 dan 1499, bukan antara tahun 1492–1499
−4 sampai −6 °C, bukan −4–−6 °C

2.2.5.7 Tanda Elipsis (…)
1) Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus, misalnya untuk menuliskan naskah drama.
Contoh:
Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.

2) Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan, misalnya dalam kutipan langsung.
Contoh:
Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
3) Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.
Contoh:
Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ....

2.2.5.8 Tanda Tanya (?)
1) Tanda tanya dipakai pada akhir tanya.
Contoh:
Kapan ia berangkat?
Saudara tahu, bukan?

2) Penggunaan kalimat tanya tidak lazim dalam tulisan ilmiah.Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh:
Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.

2.2.5.9 Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Contoh:
Alangkah mengerikannya peristiwa itu!
Bersihkan meja itu sekarang juga!

2.2.5.10 Tanda Kurung ((…))
1) Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.
Contoh:
Bagian Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang kemudian dibahas dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) secara berkala.

2) Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Contoh:
Satelit Palapa (pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah Mada) membentuk sistem satelit domestik di Indonesia.
Pertumbuhan penjualan tahun ini (lihat Tabel 9) menunjukkan adanya perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.

3) Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Contoh:
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a)
Pembalap itu berasal dari (kota) Medan.

4) Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Contoh: Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b) harga, (c) tempat, dan (c) promosi.Hindari penggunaan dua pasang atau lebih tanda kurung yang berturut-turut. Ganti tanda kurung dengan koma, atau tulis ulang kalimatnya.
Contoh:
Tidak tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919) (dikenal juga sebagai Matviy Hryhoriyiv) merupakan seorang pemimpin Ukraina.
Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919), dikenal juga sebagai Matviy Hryhoriyiv, merupakan seorang pemimpin Ukraina.
Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919) merupakan seorang pemimpin Ukraina. Dia juga dikenal sebagai Matviy Hryhoriyiv.

2.2.5.11 Tanda Kurung Siku ([…])
1) Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Contoh:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.

2) Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Contoh:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.
2.2.5.12 Tanda Petik Ganda (“…”)
1) Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Contoh:
"Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia."

2) Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Contoh:
Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Nilai Prestasi di SMA" diterbitkan dalam Tempo.
Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.

3) Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Contoh:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".

4) Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Contoh:
Kata Tono, "Saya juga minta satu."

5) Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Contoh:
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam".

2.2.5.13 Tanda Petik Tunggal (‘…’)
1) Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Contoh:
Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
"Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.

2) Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Contoh:
feed-back 'balikan'

2.2.5.14 TandaGaris Miring (/)
1) Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Contoh:
No. 7/PK/1973
Jalan Kramat III/10
tahun anggaran 1985/1986

2) Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata tiap, per atau sebagai tanda bagi dalam pecahan dan rumus matematika.
Contoh:
harganya Rp125,00/lembar (harganya Rp125,00 tiap lembar)
kecepatannya 20 m/s (kecepatannya 20 meter per detik)
7/8 atau 7⁄8
xn/n

3) Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai sebagai pengganti kata atau.

2.2.5.15 Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Contoh:
Ali 'kan kusurati. ('kan = akan)
Malam 'lah tiba. ('lah = telah)



 
Daftar Pustaka

Kep. Mendikbud No. 0563.Ejaan yang Disempurnakan. Cetakan Pertama. Jakarta: Bumi Aksara. 1998.

Arifin, Tasai. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo.  2004.

Nurhayati. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Eska Media Press. 2005.

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.Pedoman Umun Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan & Pedoman Umum Penmbentukan Istilah. Bandung: CV. Yrama Widya. 2003.


http://id.wikisource.org/wiki/Pedoman_Umum_Ejaan_Bahasa_Indonesia_yang_DisempurnakanPedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnaka.